BacaIntisari - Orang bilang, jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja dan kepada siapa saja. Aku mengalami hal itu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Kisah cinta ini bukan kisah cinta yang indah seperti dongeng, karena sejak awal, aku tahu bahwa kisah cintaku tidak akan berjalan mulus. Aku tidak bisa mengatur dengan siapa aku jatuh cinta. Ketika aku jatuh cinta padanya, aku tidak bisa menolak, walaupun aku tahu bahwa semua ini.. salah. Karena aku jatuh cinta dengan suami sahabatku sendiri.
Kisah cinta ini dimulai saat aku baru lulus kuliah. Aku memiliki sahabat baik, kami seumuran, sebut saja namanya Retno. Sahabatku sudah menikah saat usianya 21 tahun, menikah muda memang jadi cita-citanya. Suami Retno adalah seorang akuntan di salah satu bank swasta yang cukup besar di Indonesia, usianya 26 tahun, mas Edwin namanya, sebut saja begitu.
Tidak banyak yang aku tahu tentang mas Edwin, aku sebatas kenal saja dan tidak terlalu akrab. Hingga aku lulus kuliah dan mulai melamar pekerjaan di sana-sini. Keberuntungan berpihak padaku, bank swasta tempat mas Edwin bekerja membuka lowongan, Retno menyarankan agar aku mencoba di sana, siapa tahu jalanku lebih mudah karena kenal dengan mas Edwin. Aku coba saja memasukkan lamaran itu. Setelah berbagai tes yang kujalani, aku diterima bekerja di sana.
Dari situ, dimulailah perasaan aneh dalam hatiku. Aku satu kantor dengan mas Edwin, hanya berpisah ruangan saja. Awalnya aku sering menanyakan kabar Retno, tetapi lama-lama aku menyadari bahwa pesona mas Edwin seolah menyihirku. Aku jadi percaya dengan istilah witing tresno jalaran soko kulino, cinta itu datang karena terbiasa. Setiap hari bertemu mas Edwin, hampir setiap hari makan siang dengannya, mendengar suaranya dan semua hal tentangnya membuat jantungku berdebar tidak karuan.
Cinta tidak pernah memilih pada siapa dia akan jatuh, akupun tidak pernah memilih akan jatuh cinta kepada siapa. Aku tahu, aku bisa saja mundur karena mas Edwin adalah suami orang, suami sahabatku sendiri. Aku bisa saja mengubur rapat perasaanku hingga tidak ada orang yang tahu, tapi aku menikmati perasaan ini, bahkan aku ingin lebih. Aku ingin mas Edwin menjadi milikku. Ya, saat itu, cinta membutakan hatiku.
Dari obrolan ringan saat makan siang, aku mulai memberanikan diri merayu mas Edwin. Aku melakukannya dengan halus, aku sering melontarkan pujian dan membuatnya tersenyum bangga. Aku juga tidak sungkan mengajaknya makan malam. Aku pikir, jika dia menerima ajakanku tanpa Retno, berarti dia ada rasa denganku. Entah cinta atau nafsu, aku tidak peduli, yang penting mas Edwin memberi sinyal bahwa dia rela meninggalkan Retno demi aku. Dan itulah yang terjadi, mas Edwin sering menghabiskan makan malam bersamaku ketimbang di rumah bersama istrinya. Kami melakukannya diam-diam, karena tanpa disadari, kami sudah masuk dalam tahap.. pers3lingkuhan.
Aku bahagia ketika itu, sangat bahagia, seperti orang jatuh cinta pada umumnya. Ingin sekali aku berteriak pada dunia bahwa aku mencintai mas Edwin, sayangnya tidak bisa, karena sebuah pers3lingkuhan tidak dapat diumumkan pada dunia. Aku menutup mataku dari Retno, aku cukup pintar bersandiwara di depannya, seolah aku dan mas Edwin tidak ada apa-apa. Padahal, beberapa jam yang lalu, mas Edwin mencium pipiku dan mengatakan aku lebih cantik dibanding istrinya.
Tapi.. sepandai-pandainya kami menyimpan rapat cinta terlarang hingga hitungan bulan, orang-orang mulai mencium pers3lingkuhan yang kami lakukan. Dimulai dari kantor, rekan kerjaku mulai bisik-bisik mengenai gosip kedekatanku dengan mas Edwin. Ingin sekali aku menepis semua itu, tetapi apa yang mereka katakan benar. Serapat apapun aku menyangkal, aroma bangkai tidak bisa ditutupi dengan wangi bunga sebanyak apapun. Sampai akhirnya, aku dipanggil oleh atasanku dan pihak HRD.
Apa yang disampaikan atasanku cukup mengejutkan, ternyata desas-desus pers3lingkuhanku bagai bom waktu. Dan pada saat itu, meledaklah apa yang aku takutkan. Atasanku mengatakan bahwa dia menerima laporan tentang hubungan lebih antara aku dan mas Edwin. Mau tidak mau, desas-desus itu membuat suasana kantor tidak nyaman, sehingga aku dipanggil (mas Edwin juga dipanggil tetapi tidak bersamaan denganku). Aku memang tidak sampai dipecat, hanya diberi surat peringatan. Sedikit lega, tetapi kejadian setelah itu lebih menyakitkan.
Entah bagaimana ceritanya (mungkin rekan kantorku memberitahu), Retno pada akhirnya mencium pers3lingkuhan yang dilakukan suaminya. Dia dan mas Edwin bertengkar hebat. Di saat yang sama, Retno sedang mengandung lima bulan. Semakin panaslah situasi yang aku alami, semua teman-teman sekolah menjauhkanku, tidak ada rekan kantor yang mau bicara denganku, bahkan mereka cenderung memusuhiku. Pernah suatu hari aku menemukan wallpaper komputerku diganti entah oleh siapa, dengan tulisan WANITA MURAHAN PERUSAK RUMAH TANGGA ORANG.
Aku hanya bisa menangis saat itu, bahkan keluargaku sudah tahu masalah ini. Rasanya dunia runtuh, tapi aku tahu ini salahku, mengapa aku tidka mengubur saja perasaanku sejak awal. Aku yang mulai bermain api, dan seperti inilah rasanya terbakar. Terbakar hingga tulangku terasa remuk dan tidak ada yang tersisa dari diriku. Tidak usah bertanya tentang harga diri, karena sejak aku memutuskan untuk memulai cinta terlarang dengan mas Edwin, aku sudah melupakan apa itu harga diri.
Dengan keberanian yang tersisa, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari kantor. Aku meminta maaf pada Retno melalui sebuah surat, aku tahu dia tidak akan mau bicara denganku melalui telepon atau bertemu langsung. Entah surat itu dibaca atau tidak, aku tidak tahu. Sedalam apapun penyesalanku, itu tidak akan menghapus luka yang sudah aku tinggalkan di hati sahabatku sendiri.
Hatiku juga terluka, walaupun aku memang pantas mendapatkannya. Aku memutuskan untuk pindah ke kota lain untuk menenangkan diri dan mencari pekerjaan baru. Bukan hal mudah memulai hidup setelah keluar dari sebuah pers3lingkuhan, bahkan ibuku sendiri mengatakan dia sangat malu dengan apa yang sudah aku lakukan. Dari semua hal menyakitkan, kata-kata ibu yang paling menyadarkan bahwa apa yang aku lakukan sangat salah. Semoga ibu mau memaafkanku, akupun sudah memohon ampun padanya.
Tahun demi tahun berlalu, kabar terakhir yang kudengar, Retno dan mas Edwin tidak sampai bercerai karena tindakanku. Mereka sudah punya dua anak dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Aku bersyukur kehidupan mereka masih utuh setelah aku menjadi duri dalam kehidupan mereka.
Saat ini.. aku juga sedang merencanakan pernikahan. Tidak mudah mendapatkan pria yang mau berhubungan serius denganku setelah tahu bagaimana masa laluku. Bahkan di saat aku sudah berjanji tidak akan melakukan pers3lingkuhan lagi, banyak pria yang mundur dari hidupku. Aku bersyukur masih ada pria yang mau menerimaku, karena aku sudah sampai di titik pasrah. Jika itu adalah hukuman Tuhan, maka aku bersedia menerimanya.
Biarlah kehidupan di masa laluku menjadi sebuah bekas luka. Aku harap, tidak ada lagi wanita sepertiku yang buta karena cinta dan menjadi duri bagi rumah tangga orang lain. (vem/yel)
sumber : vemale.com
Aku Mencintai Istri Sahabatku Sendiri, Sampai Suatu Hari Aku Hadapi Kenyataan Ini
4/
5
Oleh
Unknown