5 Level Orang Shalat Yang Harus Kamu Ketahui, Kamu Level Berapa?

5 Level Orang Shalat Yang Harus Kamu Ketahui, Kamu Level Berapa?

BacaIntisari - Satu kebahagiaan tersendiri ketika seseorang mampu meraih kenikmatan dalam shalatnya yang khusyu’. Melalui ibadah shalat, seseorang mampu menjadikan dirinya merasa begitu dekat dengan sang Khalik. Membuatnya ingin terus berinteraksi siang dan malam, memanjatkan doa dengan kerendahan hati agar diberi keselamatan dunia dan akhirat. Shalat yang dilakukan juga mampu membawa kebahagiaan dan keindahan yang dapat dirasakan oleh seluruh makhluk penghuni langit dan bumi. Maka ketika ia berjalan di atas bumi Allah ini, para malaikat, binatang dan tetumbuhan mendoakan kebaikan untuknya.

Semua itu dapat diperoleh dengan shalat khusyu’. Shalat yang khusyu’ juga yang membedakan nilai dan kualitas shalat seseorang, yang lahir dalam perbuatan sehari-hari. Khusyu’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati). Jika shalatnya sudah khusyu’ tak ada satu pun dari anggota tubuhnya yang tak memberikan kebaikan, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Asal muasal khusyu’ diperoleh dari hati. Jika hati telah lembut dan tunduk, maka penglihatan, pendengaran, pikiran, serta tubuhnya akan ikut menjadi khusyu’, maka terpancar cahaya kebaikan dan timbul ketenangan jika melihat wajah orang yang selalu basah dengan wudhuk. Allah berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminun: 1-2).


Setiap manusia yang menyembah kepada Allah Swt mempunyai tingkat kekhusyukan yang berbeda-beda. Kadangkala khusyu’ itu bertambah dan kadangkala khusyu’ itu berkurang. Ada orang yang tingkat kekhusyukannya seperti dirinya berada di langit, rasanya tak ada satu pun manusia lain selain dia dengan sang Khalik. Tetapi ada juga yang tingkat kekhusyu’annya hanya sebatas mengerjakan shalat biasa saja, tak memberikan suatu bekas apa pun, ini dikarenakan ia tidak memahami makna shalat itu sendiri. 

Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah ada lima tingkatan shalat seseorang yaitu: 

Pertama, mua’qab (disiksa). Tingkatan ini merupakan tingkatan orang yang dzalim dan menganggap shalat sesuatu hal yang sepele sehingga merugikan diri sendiri. Golongan orang seperti ini adalah seseorang yang tidak serius saat wudhuk, mengabaikan azan, serta tidak mengindahkan rukun dan syarat sahnya shalat. Golongan ini mengerjakan shalat hanya sebagai formalitas saja dan golongan ini cenderung malas untuk melaksanakan shalat;

Kedua, mahasab (dihisab/diperhitungkan). Dalam tingkatan ini seseorang sudah mampu menjaga waktu shalatnya, begitu juga dengan rukun dan syarat sahnya juga ia pelajari tetapi hanya pada aspek lahirnya saja. Sedangkan pada aspek batinnya ia masih dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang tidak baik. Seperti memikirkan dendam kepada seseorang, memikirkan keburukan orang lain sehingga kekhusyukan yang ada pada dirinya menjadi berkurang.

Ketiga, mukaffar ‘anhu (diampuni dosa dan kesalahannya). Golongan pada tingkatan ini adalah orang-orang yang sudah mampu menjaga shalatnya baik lahir maupun batin. Dia juga senantiasa berperang melawan pikiran dan sifat jahatnya dalam segala aspek kehidupan, juga mampu menjaga pikiran-pikiran yang terlintas saat ia sedang melaksanakan shalat sehingga menjadikannya lebih khusyu’.

Keempat, mutsabun (diberi pahala). Golongan ini memiliki ciri-ciri seperti tingkatan mukaffar ‘anhu. Tetapi pada tingkatan ini kelebihannya adalah ia benar-benar istiqamah dalam mendirikan shalat. Dia mengerjakan shalat dengan menyempurnakan hak-haknya, rukun-rukunnya, dan batas-batasnya. Hatinya larut dalam upaya memelihara batas-batas dan hak-haknya, agar dia tidak menyia-nyiakan sedikit pun darinya. Ia hanyut dan tenggelam dalam shalat dan penghambaan kepada Allah Swt.

Kelima, muqarrab min rabbihi (dekat dengan Allah Swt). Golongan ini adalah tingkatan shalat yang paling tinggi. Orang-orang yang menempati tingkatan ini adalah mereka yang merasa sedang berinteraksi langsung dengan Allah Swt, tanpa ada suatu pembatas apapun. Mata hati mereka tunduk kepada Rabb, Tuhan yang telah menjadikan ia hidup. Mereka juga merasa tentram dalam shalatnya. Mereka juga benar-benar menghadirkan dan melihat Allah Swt saat itu sehingga merasa begitu dekat denganNya. Maka shalat seperti ini adalah shalat yang mampu meredam manusia dari nafsu duniawi, mampu meredam manusia dari penyakit hati dan menjadikan manusia itu sehat lahir dan batin.

Oleh karena itu, orang yang menduduki tingkatan shalat pertama akan mendapat siksa/celaka karena lalai dalam shalatnya. Orang yang menduduki tingkatan shalat yang kedua akan diperhitungkan shalat yang dilakukannya. Orang yang menduduki tingkatan shalat ketiga akan diampuni dosa dan kesalahannya. Orang yang menduduki tingkatan shalat keempat akan diberi pahala. Dan orang yang menduduki tingkatan shalat kelima akan selalu merasa dekat dengan Allah Swt. 

Dari setiap tingkatan shalat yang telah dijelaskan di atas, maka masing-masing individu saat ini dapat mengukur berada di tingkat manakah shalatnya selama ini. Jika masih berada di tingkat pertama, maka shalat saudara selama ini dianggap celaka, sebagaimana firman Allah Swt: “Maka celakalah orang-orang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5).

Oleh karena itu, berusahalah untuk memperbaikinya. Karena sekecil apa pun niat untuk memperbaiki kepada sesuatu kebaikan, Allah Swt berikan balasannya, sebagaimana firman-Nya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun dia akan melihat balasannya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8).  

Bagi mereka yang telah naik setingkat lebih tinggi ke tingkatan kedua, ada baiknya juga terus memperbaiki diri sehingga tidak ada lagi penyakit hati kepada orang lain walaupun hanya sebesar biji sawi. Untuk mereka yang telah naik lebih sedikit tinggi kepada tingkatan ketiga, jangan dulu merasa puas karena belum merasa dekat dengan Allah Swt. Pada tingkatan ketiga ini seseorang masih labil jika tidak dipertahankan maka tingkatan kekhusyu’an shalatnya mampu berkurang. 

Bagi mereka yang telah mencapai tingkat keempat dalam shalatnya maka teruslah berjuang sedikit lagi untuk memperoleh kedekatan yang luar biasa dengan Rabb. Dan bagi mereka yang berada di tingkatan paling tinggi berbahagialah, karena Allah Swt senantiasa mendekatimu sebagaimana kamu mendekatiNya. 

Maka jika dilihat dari lima tingkatan shalat tersebut. Jenis kebaikan dan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang berbeda-beda. Ini jelas menggambarkan tingkatan shalat seseorang selama ini. Ada sebagian orang yang terus saja melaksanakan shalat, tetapi ia juga terus melakukan perbuatan-perbuatan jahat yang berdosa dan bahkan merugikan orang/pihak lain. Ini karena tingkatan mereka kemungkinan berada di tingkatan shalat pertama. 

Sedangkan jika seseorang telah mencapai tingkatan shalat kelima maka hidupnya senantiasa sederhana, ucapannya senantiasa yang bermanfaat, hartanya senantiasa dia sedekahkan bagi orang lain yang lebih membutuhkan, pekerjaannya senantiasa yang menjadikan dirinya terus dan terus dekat dengan Allah Swt. Dan, semoga kita semua dapat memperoleh tingkatan shalat yang kelima ini, yaitu tingkatan muqarrab min rabbihi. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

*Hanifah, Alumnus Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
5 Level Orang Shalat Yang Harus Kamu Ketahui, Kamu Level Berapa?
4/ 5
Oleh

loading...